Pages

Subscribe:

Selasa, 30 Agustus 2011

Lebaran Tanpa Ketupat

Share
LEBARAN TANPA KETUPAT
Ketupat sangat identik dengan Lebaran. Tanpa ketupat, Lebaran bagai sayur tanpa garam. Bahkan, menurut beberapa situs tertentu, Ketupat sudah menjadi icon Lebaran bagi daerah di Asia Tenggara. Tapi ada daerah-daerah tertentu yang tidak menggunakan icon tersebut dengan berbagai alasan.
Dalam perjalanan saya di simpangan jalan, saya mengikuti salah seorang bapak yang sudah tua dengan seorang ibu. Kemungkinan ibu tersebut adalah anaknya, atau sepupunya, menantunya, atau apapunlah. Mereka sama-sama berjalan memasuki sebuah lorong. Dalam percakapan itu, jelas bahwa bapak tersebut baru datang dari Pulau Seram Pedalaman (Maluku). Tak sengaja saya mendengar ibu tersebut mengatakan kepada pak tua itu bahwa di rumahnya sudah sibuk memasak banyak makanan, mulai dari rendang, opor, gulai, dll. Yang terakhir yang saya dengar, ia sementara membuat ketupat. Pak tua tersebut kembali berkata kepada ibu tersebut, tidak ada sagu? Atau kasbi (singkong)? Papeda,? Cari ikan asar. Lanjutnya, lebaran tanpa sagu dan ikan asar sama sekali tidak berarti apa-apa.

Mama Paling Kejam

Share
Mama Paling Kejam

Setiap anak pasti menginginkan seorang Mama yang paling baik hati dari siapapun di Dunia ini. Seorang mama yang menjaga dan memelihara  anaknya dengan seluruh kemampuannya. Bahkan memberikan apa yang diminta oleh sang anak. Namun, semuanya berbeda dengan mamaku. Mama Terkejam di dunia ini.
Ketika saya masih kecil, saat semua anak diberikan Permen (gula-gula) saya tidak pernah diberikan, bahkan jika ketahuan saya sering dimarahi. Mama lebih sering menyuruh saya untuk memakan Roti, ataupun minum susu. Saat teman-teman saya asyik bermain ketika pulang sekolah, saya malah bermain dengan buku dan setelah itu tidur siang, hanya dua hari dalam satu minggu saya diijinkan untuk bermain bersama teman-teman, itupun tidak terlalu lama.

Sabtu, 27 Agustus 2011

Indahnya Ramadhan: Sekilas Nuansa bulan Ramadhan di Ambon (MALUKU) Pasca-Konflik 1999-2004.

Share

Indahnya Ramadhan: Sekilas Nuansa bulan Ramadhan di Ambon (MALUKU) Pasca-Konflik 1999-2004.

“Lebaran Hampir tiba. Hari yang tentunya sangat di tunggu-tunggu oleh Muslim. Dan Kita adalah Orang Kristen, So What? “Katong samua ORANG BASUDARA”.”

Pasca-Konflik sosial yang berujung pada Konflik agama yang berkepanjangan, kini masyarakat Maluku pada umumnya, dan Khususnya Ambon, bersama-sama dalam keadaan menyambut Lebaran. Kondisi ini terus berlangsung dan membaik bahkan tidak pernah hilang seperti awal sebelum Konflik 1999-2004. Semangat rekonsiliasi yang kuat dengan menggunakan Kearifan Lokal Pela-Gandong, membuat kita semakin mengakar akan masing-masing identitas sebagai “orang basudara”.

Kamis, 25 Agustus 2011

Allah Sebagai Bapa dan Ibu (ditinjau dari perspektif gender)

Share
Tema Teologi Feminis;
1.  ALLAH DALAM PERSPEKTIF GENDER: BAPA DAN IBU

Tema teologi feminis yang akan adalah Allah sebagai Bapa dan Ibu. Tema ini tentunya bersumber dari pemahaman tradisi kekristenan yang sudah berakar dari zaman dulu sampai sekarang. Masalah utama yang dilihat adalah bagaiman Tuhan di dalam kekristenan di pahami oleh manusia yang mempunyai segala keterbatasan sehingga tidak bisa memahami Tuhan itu.
ALLAH SEBAGAI BAPA
Allah sebagai Bapa mengindikasikan beberapa hal penting yaitu ;
1.      Allah adalah seorang laki-laki
Kata ganti orang ketiga yang digunakan untuk menandai Allah sering mengacu pada pengertian seorang laki-laki misalnya dalam bahasa Inggris “He”. Hal yang sama juga berlaku bagi sebagian bahasa yang mengalami dualitas jenis kelamin pada ganti orang ketiga dan mereka lebih memilih untuk menggunakan kata yang disandang bagi seorang laki-laki. Pemahaman seperti ini, bisa kita temukan dalam bahasa yang digunakan dalam Alkitab dari bahasa-bahasa yang mempunyai dikotomi kata ganti orang tersebut.

Selasa, 16 Agustus 2011

Untuk Sahabatku

Share
UNTUK SAHABATKU


Hari ini saya hampir menghabiskan setengah hari hanya untuk sahabat ku Ama. Menemaninya mengurusi kepergian yang tak pernah dibayangkan untuk pergi jauh dari Ambon. Memang tak pernah tega untuk membiarkan ia pergi berkuliah ke tempat lain, namun inilah keputusannya yang harus kita terima, walau sebenarnya sulit.

Ama, itulah sahabatku. Semenjak berada di Fakultas Teologi kami berada dalam satu proses yang begitu “keras”, namun pada saat itu belum terlalu saling mengenal. Begitu juga sampai dengan awal-awal perkuliahan semester satu. Nama Ama waktu itu sangat asing. Yang ku kenal saat semester 1 hanyalah dia (ama) yang pendiam, yang selalu membantu temannya, dan orang yang mungil. Bahkan mungkin saat semester pertama perkuliahan, kita semua tidak terlalu begitu familiar dengan nama tersebut. Namun ceritanya lain, ketika Ama lah yang menjadi orang yang mecetak IP tertinggi pada saat itu (3,62). Dan Aku harus puas memiliki IP yang berada dibawahnya.