Pages

Subscribe:

Sabtu, 27 Agustus 2011

Indahnya Ramadhan: Sekilas Nuansa bulan Ramadhan di Ambon (MALUKU) Pasca-Konflik 1999-2004.

Share

Indahnya Ramadhan: Sekilas Nuansa bulan Ramadhan di Ambon (MALUKU) Pasca-Konflik 1999-2004.

“Lebaran Hampir tiba. Hari yang tentunya sangat di tunggu-tunggu oleh Muslim. Dan Kita adalah Orang Kristen, So What? “Katong samua ORANG BASUDARA”.”

Pasca-Konflik sosial yang berujung pada Konflik agama yang berkepanjangan, kini masyarakat Maluku pada umumnya, dan Khususnya Ambon, bersama-sama dalam keadaan menyambut Lebaran. Kondisi ini terus berlangsung dan membaik bahkan tidak pernah hilang seperti awal sebelum Konflik 1999-2004. Semangat rekonsiliasi yang kuat dengan menggunakan Kearifan Lokal Pela-Gandong, membuat kita semakin mengakar akan masing-masing identitas sebagai “orang basudara”.
Penghargaan terhadap satu dengan yang lain pun sering dilakukan sebagai bentuk eksistensi seseorang sebagai umat beragama yang cinta pada kedamaian. Namun, ada yang menganggap bahwa toleransi yang dilakukan satu agama terhadap agama yang lain hanyalah keterpaksaan saja, misalnya tidak makan/minum di depan orang yang sedang berpuasa, tidak merokok, dsb. Dugaan tersebut berlanjut dengan “trauma” yang mungkin bisa menjadi “dendam” yang tersimpan bagaikan bom waktu yang siap meledak kapanpun jika dinyalakan.
Sekarang, Kita sudah terlepas dari Konflik, namun masih banyak yang perlu dipelajari. Itulah tugas Orang Maluku. Bagian-bagian penting dari kehidupan dalam tatanan adat budaya masih terus dipelihara dan dijaga. Sehingga menjadikan Maluku benar-benar sebagai icon perdamaian di Indonesia.
Sebagai Umat Kristiani, kita tidak pernah melakukan puasa seperti yang dilakukan oleh Umat Muslim. Kita tidak mungkin bisa turut mengambil bagian dari Puasa tersebut. Yang kita bisa lakukan misalnya menghargai saudara kita yang sedang berpuasa. Saya masih mengingat kejadian ketika berdesak-desakan dalam mobil dan terasa haus, saya mengambil sebuah permen (gula-gula, candy) dari dalam saku dan ingin memakannya. Ketika sudah membuka plastik permen tersebut , saya baru teringat bahwa ini adalah bulan puasa, dan mengingat mayoritas dalam mobil tersebut adalah muslim dan saya tentunya harus menghormati saudara yang sedang berpuasa. Permen tersebut saya pegang dan mengepalnya, ketika hendak membuang karena permen tersebut sudah mulai lengket, seorang Ibu dengan Kerudung mencegah saya dan mengatakan “knapa harus dibuang? Makan saja, kita juga harus belajar untuk menahan nafsu, tidak apa-apa, makan saja.” Ah, tapi saya tetap membuangnya, dalam hati saya pada saat itu, Ibu ini saja bisa menghargai keadaan dimana saya harus memakan permen didepan mereka yang sedang berpuasa, bagaiamana saya tidak bisa kembali lebih menghargai mereka yang sedang berpuasa? ??
Itulah cerita manisku bersama saudara-saudara kita di Ambon,,,,,
 
Tuk hari ini, besok, dan selamanya
Selamat berhari raya.

Baca juga yang lain



0 komentar:

Posting Komentar

Hai Sobat, Jangan Lupa komentar yah.