Pages

Subscribe:

Selasa, 16 Agustus 2011

Untuk Sahabatku

Share
UNTUK SAHABATKU


Hari ini saya hampir menghabiskan setengah hari hanya untuk sahabat ku Ama. Menemaninya mengurusi kepergian yang tak pernah dibayangkan untuk pergi jauh dari Ambon. Memang tak pernah tega untuk membiarkan ia pergi berkuliah ke tempat lain, namun inilah keputusannya yang harus kita terima, walau sebenarnya sulit.

Ama, itulah sahabatku. Semenjak berada di Fakultas Teologi kami berada dalam satu proses yang begitu “keras”, namun pada saat itu belum terlalu saling mengenal. Begitu juga sampai dengan awal-awal perkuliahan semester satu. Nama Ama waktu itu sangat asing. Yang ku kenal saat semester 1 hanyalah dia (ama) yang pendiam, yang selalu membantu temannya, dan orang yang mungil. Bahkan mungkin saat semester pertama perkuliahan, kita semua tidak terlalu begitu familiar dengan nama tersebut. Namun ceritanya lain, ketika Ama lah yang menjadi orang yang mecetak IP tertinggi pada saat itu (3,62). Dan Aku harus puas memiliki IP yang berada dibawahnya.

Ketika semester pertama selesai, maka saya harus pindah dari Bentas karena satu dan lain hal, dan mengikuti kakak kost di Galala. Memulai semester 2, dengan banyaknya tugas, dan juga lingkungan tempat tinggal saya yang baru dengan rumah Ama berdekatan maka kita sering pulang bersamaan dan juga saling membantu mengerjakan tugas. Memang pada saat itu ama bergabung dengan kelompok “The Warm” namun ia tak pernah terlalu mementingkan satu daripada yang lain. Dari Ama lah saya mengenal seluruh orang dalam kelompok itu dan menjadi teman baik mereka. Bahkan saat mengerjakan tugas di rumah teman yang lain, kami sering pulang sampai larut malam, dsb. Banyak pengalaman dengannya saat saya tinggal di Galala, namun di semester yang ketiga, benar-benar saya dihantam masalah yang membuat drop, bahkan harus tinggal di rumah teman. Saat itulah ada ama dan teman-temannya.

Hari berganti hari, perjalanan persahabatan kita diantara teman-temannya yang lain. Kita berteman dengan Ju, orangnya lucu dan sebagainya. Namun saat pertama kali ama dan saya mengenalnya, belum terlalu merasa nyaman. Bahkan saya sempat tidak berbicara dengan mereka sampai Ama lah membuat saya kembali bersahabat dengan mereka. Kita bertiga mempunyai sifat yang sama yaitu “suka makan”, selalu saja di manapun kami berusaha untuk makan.

Kenangan itu takkan dilupakan saat kita bersama pergi ke Namalatu, duduk dan makan Gorengan yang begitu banyak, bahkan Gifo sampai Sore. Apalagi kenangan saat pergi ke Negeri Oma. Semuanya takkan bisa dilupakan bahkan diceritakan ulang lagi. Semuanya hanya tersimpan dalam hati.

Semester 6 ini, saya tidak tahu mengapa Ama tidak begitu bersemangat seperti dulu, memang ia mempunyai masalah yang sering ia ceritakan dulu. Namun ia menjauh. Entah saya yang tidak peduli, atau ia yang tidak peduli. Kami mengalami miscommunication padahal sudah di penghujung semester.

Dan sekarang ia ada, dengan kabar bahwa akan melanjutkan studinya ke Toraja. Segala pengurusannya selalu ku usahakan hadir untuk membantunya. Namun bukan berarti saya menyetujui hal ini, karena saya yakin hanya beberapa langkah lagi kita akan selesai. Ah, aku menyesal, tapi itu keputusannya, bahkan keputusan terbaiknya dan menurut saya ini keputusan yang baik bagi seorang yang mengambil konsentrasi Pastoral.

Mungkin sejak Ama meninggalkan Ambon, tak ada lagi pribadi yang ku kenal seperti Ama. Seorang sahabat yang takkan di lupakan selamanya. Banyak hal sudah kita lalui bersama, dan saya tidak tahu apa yang Ama bisa ingat dari persahabatan kita selama ini. Bersama dengan Ju, mungkin hanya tinggal kita berdua saja. Kita hanya bisa berhubungan lewat dunia maya atau apapun, tapi mungkin persahabatan kita tetap ada di suatu tempat yang indah dan tidak pernah terpisahkan. Persahabatan kita bagaikan tiga karakter dengan warna yang berbeda, yang bermain di suatu taman yang indah.

Sedih. Memang sedih persahabatan ini. Saat sahabatmu meninggalkanmu. Di tengah-tengah dunia ini, saat kita kesepian, sulit menemukan  orang yang bisa membagi waktu bersama, maupun berada di pihak kita saat orang lain melawan kita. Sulit di dunia ini menemukan orang yang bisa kita percayai. Sulit menemukan orang yang memberikan bahunya untuk kita menangis. Sulit menemukan orang yang memberikan tangannya untuk menghapus airmata kita. Sulit menemukan orang memberikan lengannya untuk memeluk kita saat kita terjatuh.

Dari mu, Sahabat ku, banyak pelajaran berharga. memang tak selamanya persahabatan kita berjalan dengan mulus. Namun, kaulah sahabatku. Saya banyak belajar. Dan tetaplah kau menjadi orang bisa dipercayai oleh orang lain, jadilah orang yang memberikan bahunya untuk orang bersandar dan mencurahkan airmatanya, semoga kau selalu menjadi orang yang selalu menggunakan tanggannya untuk menyeka airmata orang lain, dan memeluk orang yang terjatuh.


Untuk Kau sahabatku.

Dan Untuk kita bertiga (Ama, Ju, On)




Baca juga yang lain



0 komentar:

Posting Komentar

Hai Sobat, Jangan Lupa komentar yah.